GRUNDTVIG Church - Copenhagen, 1922 - arch. Jensen klint - ArtDeco style
CANADIAN SUPREME COURT - Ottawa - Ontario, 1946 - arch. Ernest CORMIER - Art Deco style
ART DECO style - Southern Miami beach - Florida, 1920-30's
PRE-FABRICATED Housing complex - Expo 1967, Montreal, Quebec, Canada - MOSHE SAFDIE
POMPIDOU CENTRE (Beauborg) - Paris, 1977 - Philip Rogers & Renzo Piano - ART DECO, machine age - Methapor style
PENGANTAR
Para pembaca semua, tulisan dibawah ini adalah mengenai salah satu aliran seni yang merasuki jiwa para arsitek pada satu masa (termasuk di Indonesia juga pernah) yang sangat mengagungkan penerapan "garis horizontal & vertikal serta penampilan bersih" pada penyelesaian tampak bangunan, tetapi apakah dalam perjalanannya, penerapannya masih murni? Selamat membaca
PROLOG
Sebagian kalangan pengamat seni menganggap aliran Art Deco didalam dunia arsitektur merupakan sebuah konsep yang sulit untuk didefenisikan, karena aliran tersebut banyak mengacu pada gaya dekorasi tradisional yang bersifat innovative, yang menyerap pengaruh dari berbagai sumber dan pergerakan disamping itu juga sering mempergunakan material baru bagi penyelesaian arsitektonisnya. Art Deco yang juga dapat diistilahkan dengan nama Style Moderne, pada dasarnya adalah satu pergerakan didalam dunia Decorative art dan arsitektur yang muncul pada zaman "progressive tradisionalism" sekitar tahun 1920 an dan berkembang didalam modern style di Eropa barat serta Amerika Serikat di zaman "revolusionary modernism" selama tahun 1930 an. Nama Art Deco sendiri konon muncul pada satu pameran The Exposition Internationale des arts Decoratifs et Industriels Modernes yang diadakan di Paris tahun 1925.
Ciri utama dari bentuk Art Deco sangat sederhana, permukaan yang bersih, sering dengan penampilan Stream Line, ornament yang dipakai adalah geometric atau dengan gaya yang berasal dari bentuk yang representasional serta variasi yang tidak biasa serta sering memakai material yang mahal, termasuk didalamnya material buatan seperti plastic, gelas serta besi (wrought dan cast iron) sebagai tambahan kedalam bahan yang alamiah seperti jamrud, silver, ivory, chrome dan batu kristal. Meskipun bentuk Art Deco sangat jarang yang dibuat secara massal, karakteristik dari gaya yang terbentuk merefleksikan kekaguman terhadap kemajuan dari era mesin serta bagi kualitas disain yang inherent dari bentuk yang dihasilkan oleh mesin seperti bentuk relative sederhana simetris serta pengulangan yang tidak bervariasi dari setiap elemen.
Para pembaca semua, tulisan dibawah ini adalah mengenai salah satu aliran seni yang merasuki jiwa para arsitek pada satu masa (termasuk di Indonesia juga pernah) yang sangat mengagungkan penerapan "garis horizontal & vertikal serta penampilan bersih" pada penyelesaian tampak bangunan, tetapi apakah dalam perjalanannya, penerapannya masih murni? Selamat membaca
PROLOG
Sebagian kalangan pengamat seni menganggap aliran Art Deco didalam dunia arsitektur merupakan sebuah konsep yang sulit untuk didefenisikan, karena aliran tersebut banyak mengacu pada gaya dekorasi tradisional yang bersifat innovative, yang menyerap pengaruh dari berbagai sumber dan pergerakan disamping itu juga sering mempergunakan material baru bagi penyelesaian arsitektonisnya. Art Deco yang juga dapat diistilahkan dengan nama Style Moderne, pada dasarnya adalah satu pergerakan didalam dunia Decorative art dan arsitektur yang muncul pada zaman "progressive tradisionalism" sekitar tahun 1920 an dan berkembang didalam modern style di Eropa barat serta Amerika Serikat di zaman "revolusionary modernism" selama tahun 1930 an. Nama Art Deco sendiri konon muncul pada satu pameran The Exposition Internationale des arts Decoratifs et Industriels Modernes yang diadakan di Paris tahun 1925.
Ciri utama dari bentuk Art Deco sangat sederhana, permukaan yang bersih, sering dengan penampilan Stream Line, ornament yang dipakai adalah geometric atau dengan gaya yang berasal dari bentuk yang representasional serta variasi yang tidak biasa serta sering memakai material yang mahal, termasuk didalamnya material buatan seperti plastic, gelas serta besi (wrought dan cast iron) sebagai tambahan kedalam bahan yang alamiah seperti jamrud, silver, ivory, chrome dan batu kristal. Meskipun bentuk Art Deco sangat jarang yang dibuat secara massal, karakteristik dari gaya yang terbentuk merefleksikan kekaguman terhadap kemajuan dari era mesin serta bagi kualitas disain yang inherent dari bentuk yang dihasilkan oleh mesin seperti bentuk relative sederhana simetris serta pengulangan yang tidak bervariasi dari setiap elemen.
WORKS CITED
1. McGuigan, C (2001), Totally modern Mies, NewsWeek weekly mag, July 2001
2. Jencks, C (1985), Modern movements in architecture, Penguin Book Ltd., England
3. Jencks, C (1984), The language of Post Modern Architecture, 4th Ed., Academy Editions, England
4. Jencks, C (1980), Late-modern architecture, Academy Editions, England
5. Passchier, A (1988), The mmodern movement of architecture in Indonesia, Jakarta
1988
6. Norberg-Schulz (1980), Late Baroque & Rococo architecture, Electa Edifice, Milan
7. Grodeski, L (1986), Gothic architecture, Electa Edifice, Milan
8. Murray, P (1986), Renaissance architecture, Electa Edifice, Milan
9. Bayer, P (1999), art Deco architecture, Thames & Hudson Ltd., London
10. Stern, R. A. M (1980), Notes on American architecture in the waning of the petroleum era, GA Document: Special Issue 1970-1980, ADA Edita, Tokyo Ltd.
No comments:
Post a Comment