KYOTO & MONTREAL PROTOCOL - In GREEN building
GREEN HOUSE EFFECT - Mara ISKANDAR
GLOBAL WARMING POLLUTION - Al GORE, former vice president - GREENBUILD 2009
HOW SERIOUS AN ENVIRONMENTAL THREAT? - The Lion magazine - February 1990
However, IT'S NOT EASY BEING GREEN - Harvard Business Review - May-June 1994
GREEN BUILDING - Proyeksi magazine, Nov-Dec, 2005
RESIDENTIAL 128 - Stuttgart - Germany, 2009 - arch. Prof. Werner SOBEK (Univ. of Stuttgart) - LEED Award, triple O (zero energy, emission & waste) - Designing the future - Kompas news, May 24, 2009 (Goethe Haus exhibition-Jakarta, May 2009)
THE ESPLANADE - Singapore - Investor Daily - September 2, 2007
ECO FRIENDLY house - HONGKONG - AsiaWeek, May 2001
BEIJING WATER CUBE Pool Stadium - Bisnis Indonesia, August 11, 2008
GREATER LONDON AUTHORITY - LONDON, 2003 - arch. Norman FOSTER - NewsWeek magazine, November 22, 1999
WATER CUBE - Beijing 2008 - POLYHEDRON BASE - Olympic Stadium - arch. PTM & Ove Arup
IS NOT EASY GOING GREEN - Review Indonesia magazine, October 1993
Kenneth YEANG - Menara MESINIAGA - KL, 1996 - Bio Climatic Architecture - Kompas news, August21, 2005
PENDAHULUAN
Sejalan dengan munculnya aliran Deconstructivism, timbul pula kesadaran untuk mulai melestarikan lingkungan dengan pemikiran dan upaya untuk menciptakan bangunan yang bersifat Eco-Friendly Living, terlihat dari usaha yang dilakukan oleh arsitek kenneth Yeang pada tahun 90 an yang memperkenalkan konsep arsitektur Bio-Climatic pada Menara Mesiniaga di Kuala Lumpur (Aga Khan Award, 1996), lalu Greater London authority karya Sir Norman Foster serta Wisma Dharmala di Jakarta karya Paul Rudolph (apa bener?), ketiganya dapat menjadi contoh usaha penerapan konservasi energy pada operasional bangunan
Dari masa kemasa keberadaan bangunan selalu mengikuti perubahan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi. Sejak mulai berakhirnya zaman batu (Neolithikum) sekitar 2000 BC hingga pada zaman dikenalnya perunggu (Megalithikum) masyarakat sudah berusaha menghindar dari kekerasan alam dengan berlindung didalam goa hingga mencoba membuat rumah sederhana dengan bahan dari batu dan kayu2an. Revolusi industri pada abad 19 membuat bangunan mulai bertransformasi menjadi suatu bentuk mega struktur dengan pemakaian teknologi yang membutuhkan energy berasal dari sumber2 alam yang tidak akan tergantikan. Masa tersebut menjadi titik awal terjadinya degradasi lingkungan alam selama seratus tahun lebih sampai saat ini, hingga akhirnya muncul kesadaran dari sebagian besar masyarakat untuk mulai memikirkan bangunan yang tidak lebih jauh merusak lingkungan.
Tulisan ini merupakan pendapat tentang korelasi antara keberadaan bangunan sebagai hunian dengan konservasi lingkungan pada masyarakat urban perkotaan. Istilah populer adalah GREEN building atau sustainable building yang dapat memberikan rasa nyaman, sehat serta ekonomis dalam pengelolaannya (Proyeksi, Des. 2005).
Dapat ditegaskan bahwa konsep GREEN building sama sekali tidak berkaitan dengan usaha menanam tanaman disekeliling bangunan (ini namanya ECO friendly living atau sustainable environment)), lihat saja The ESPLANADE-Singapore yg mendapat LEED award, bangunan itu dapat dikatakan "gersang", karena sekelilingnya didominasi pengerasan....yakan?!
PENDAHULUAN
"A green design is to save energy by making our design more efficient"
Arch. William McDonough - NewsWeek magazine
Diawal tahun 20 an berkembang paham Platonic pada disain bangunan yang mengagungkan bentuk2 murni geometris seperti kubus, bola ataupun bentuk piramidal. kemudian dipertengahan tahun 60 an muncul pula pandangan "The Supersensualist" di Eropa yang dapat dianggap sebagai kelanjutan dari paham Art Nouveau (1890), The supersensualist berusaha mendobrak kemonotonan kreatifitas para artis sebelumnya didasari dengan kemajuan teknologi pada seluruh bidang industri saat itu. Mulai tahun 90 an muncul satu paham baru tentang bentuk massa bangunan yang mendobrak pemahaman aliran modern arsitektur, Post Modern serta Late modern, yaitu paham yang didasari pada kemajuan material bahan bangunan dan teknology struktur yang sangat fenomenal, diistilahkan sebagai Deconstructivism yang dimotori para arsitek Avant Garde seperti Zaha Hadid, Santiago calatrava dan Rem Koolhaas.
Sejalan dengan munculnya aliran Deconstructivism, timbul pula kesadaran untuk mulai melestarikan lingkungan dengan pemikiran dan upaya untuk menciptakan bangunan yang bersifat Eco-Friendly Living, terlihat dari usaha yang dilakukan oleh arsitek kenneth Yeang pada tahun 90 an yang memperkenalkan konsep arsitektur Bio-Climatic pada Menara Mesiniaga di Kuala Lumpur (Aga Khan Award, 1996), lalu Greater London authority karya Sir Norman Foster serta Wisma Dharmala di Jakarta karya Paul Rudolph (apa bener?), ketiganya dapat menjadi contoh usaha penerapan konservasi energy pada operasional bangunan
KOTA SEBAGAI TEMPAT TINGGAL
Menginjak milenium ketiga ini lebih banyak orang memilih untuk tinggal ditengah kota dibanding didaerah pinggir. Kondisi tersebut sudah jau berbeda dengan yg pernah dikatakan oleh Aristoteles pada sekitar tahun 999 (The Economist, 1999), hal tersebut tercermin dari kemunculan puluhan kota baru yg terbentuk di Indonesia dalam periode sepuluh tahun terakhir ini (Bisnis Indo, Nov. 2008). Antisipasi Agung Podomoro (AP) sebagai developer dengan konsep "Back to the city", dapat dipakai sebagai bukti bahwa kota saat ini lebih diminati oleh masyarakat. Guna menunjang konsep tersebut, idealnya phisik kota harus dapat membuat masyarakatnya hidup serta berusaha dengan nyaman, dengan jalan apabila kualitas ekologi perkotaan dapat menunjang kehidupan normal, maka dampaknya akan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mempercepat laju perekonomian didalamnya ( Fotune, Nov. 1996).
WORKS CITED
1. Editor (1999), The end of urban man? Care to bet, The Economist, Millenium Special Edition, December 31, 1999
2. Precourt G & faircloth A (1996), Best cities: Where the living is easy, Fortune mag, Nov. 11, 1996
3. Forbes A (1995), Environment: Eco-friendly image takes hard work to be seen green company need more than basic PR, Asian Business, Vol. 31, No. 12, December 1995
4. PPSML-UI (2000), Himpunan peraturan tentang pengelolaan lingkungan hidup, UI, Jakarta
5. Johnson, S (1993), Greener building: Environmental impact of property, The MacMillan Press, Ltd
6. Jencks, C (1985), Modern movements in architecture, Penguin Books Ltd., England
7. Smith, M et.al (1998), Greening the built environment, Earthscan Publication Ltd., UK
8. McGuigan, C (1999), Architecture: renaissance on the river, NewsWeek mag, Nov. 11, 1999
9. Bisnis Indonesia News - 29 Agustus 2007 & 13 Agustus 2008 & 5 Nov. 2008
10. Bisnis Properti mag - June 1993
11. Kompas news - 21 Agustus 2005 - Menara Mesiniaga
12. NewsWeek mag - Nov. 22, 1999 - Greater London Authority
No comments:
Post a Comment