Dear visitor.............

I am happy to release this blog, containing simple articles about architecture & some of my JiPeg collection.
I wish you'll enjoy it.
The first is about the beginning of Gothic, Renaissance, Baroque & Rococo period in Europe early 11 century which influenced the way of modern architecture had risen later in 20 century, whereas Industrial Revolution & art movements like Art Nouveau & The Supersensualists were strongly coped Europe.
Nowadays, the relation between architecture & global business become more stronger, photographs on the right column shows the evident.
So that, my fellow visitors, with this Blog you could see the way I learn about architectural matter.
I can assure you that, NOT ANY sentence & even one JiPeg have taken from WebSite.
And I also would like to ask your commitment NOT TO COPY anything from this blog.

Sunday, April 25, 2010

Manajemen disain di INDUSTRI PROPERTI - Indonesia

ARCHITECTURAL PRODUCTION SYSTEM, The language of POST MODERN ARCHITECTURE, 4th Edition, 1984, Charles JENCKS

DESIGN MANAGEMENT IN GLOBAL BUSINESS

JAKARTA RISING - Property Link magazine - August 1994

CITRA LAND - Jakarta ultra modern shopping hotel complex - Property Link magazine, March 1993

PROPERTY BLUES - Asian Business magazine - January 1, 1998

KEEPING THE CUSTOMER SATISFIED - The Economist magazine - July 20, 2001

SKY IS THE LIMIT - Review Indonesia magazine - December 24, 1994

APARTMENT - INDONESIA BUSINESS weekly, June 11, 1993

PETRONAS TOWER - Property Link magazine, October 1992


JAKARTA PROPERTY MARKET - Property Link magazine, December 1992


PROPERTI INDONESIA - Review Indonesia magazine, June 12, 1993

PENGANTAR
Para pembaca yang budiman, tulisan ini merupakan satu pendekatan umum tentang dasar mengenai manajemen disain yang dibutuhkan pada proses produksi didalam bisnis industri, dimana keterkaitan dengan aspek market trend, competitive strategy dan competitive advantage pada setiap jenis produk komersial sangat kuat. Analogy yang dipakai dalam tulisan ini difokuskan pada manajemen disain dalam industri properti bangunan komersial yang membutuhkan produk disain berkualitas dari para arsitek agar dapat diserap oleh segmen pasar properti dengan baik serta dapat membuat konsumen pemakai terpuaskan (keeping the customer satisfied - The Economist).

ABSTRAK
Manajemen disain merupakan satu rantai proses produksi dalam industri komersial, dimana posisi seorang disainer harus dan dapat merefleksikan nilai atau value dari "profit oriented" organization untuk menghasilkan "the best & commercial product". Pada BusinessWeek (Nov. 2001) diulas tentang peran disainer yang harus dapat mencari dan menghasilkan solusi dari setiap problem dalam dunia bisnis yang dapat memberikan suatu hasil yang terukur bagi client / owner, dengan kata lain pandangan tersebut berusaha untuk menyimpulkan bagaimana disain yang baik (good design) benar2 dapat membuktikan dan menghasilkan "good business".
Pada harian Bsinis Indonesia (13 Agustus 2006) seorang arsitek muda juga mengungkapkan bahwa "good design is good business", akan tetapi banyak pandangan yang menyatakan bahwa "good design" saja belum tentu akan menghasilkan "god business", karena menurut mereka selanjutnya, good business tanpa solusi terhadap good products dan well designed hanya akan menciptakan short term benefits bagi para penbgusaha.

Didalam industri properti, beberapa contoh produk unggulan dapat ditampilkan sebagai good product & well designed yang menghasilkan good business serta dapat mencapai target market dan prospective buyers yang jelas, antara lain seperti Regatta - Hotel & Apartment milik PT Dharmala Intiland yang berlokasi dipantai Mutiara - Ancol, bisa dianggap mencerminkan good product dan well-designed dengan tampilan yang "state of the art" bernuansa resort. Berikutnya, terlepas dari kontroversi yang muncul antar praktisi arsitek, Da Vinci - Serviced apartment dijalan jenderal Sudirman, Jakarta juga dapat dijadikan gambaran dari good product & well-designed dengan menawarkan unit2 kondisi furnished dengan furniture dan interior mewah produk Da Vinci, begitu pun dengan apartemen The Peak @ Sudirman milik Agung Podomoro group yang memposisikan produknya hanya untuk segmen pasar kelas atas dengan memakai konsultan arsitek serta kontraktor utama papan atas.
Contoh2 banguna tersebut dapat dipandang sebagai good product dengan menampilkan kesan "new architectural Icon" serta "well-designed" sekaligus mencerminkan bangunan bernuansa trend masa kini (state of the art) serta dapat diterima oleh pasar.

PENDAHULUAN
Keberadaan manajemen disain pada dasarnya adalah untuk mengarahkan seluruh kemampuan disain dalam menghasilkan satu produk komersial, dimana selama prosesnya faktor2 dari strategic-marketing, market demand serta fluktuasi segemn pasar sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari suatu disain produk. Menarik untuk disimak dari apa yang ditulis jauh sebelumnya oleh Bruce & Jevnaker (3) tentang hubungan antara disainer dan pengusaha, mereka berpendapat bahwa disainer akan melakukan konseptualisasi, visualisasi dan secara praktikal akan membentuk disain baru, sedangkan pada sisi pengusaha, akan melakukan analisa pengamatan serta membuat keputusan dala lingkup usahanya, selain itu para disainer harus juga terbiasa melakukan analisa pasar untuk membuat strategi dalam mengantisipasi segmen pasar dimana produk mereka akan ditawarkan.
Tujuan dari manajemen disain antara lain juga agar dapat memastikan bahwa perusahaan mempergunakan sumber2 disain secara efektif untuk mencapai Corporate Objectives seperti Future Earning, meningkatkan Market Shares serta nilai Kapitalisasi perusahaan. Agung Podomoro Group di Jakarta, sebagai perusahaan pengembang properti yang mendominasi kapitalisasi asset properti di wilayah Jabotabek saat ini, dapat dijadikan sebagai contoh perusahaan yang sangat memacu Corporate Objectives mereka dengan membangun sebanyak mungkin bangunan komersial baik itu secara sendiri maupun beraliansi dengan dengan pengembang lainnya.
Posisi arsitek sebagai penghasil karya Innovative dalam pasar properti kedepannya sangat penting dalam menentukan Competitive Strategy yang akan dilaksanakan oleh pengembang, untuk itu semacam Skill-mixed antara disainer, manajemen dan marketing akan menjadi semacam kekuatan dasar arsitek dalam industri properti.
Pendapat tersebut walaupun sudah pernah diutarakan jauh beberapa tahun yang silam, masih sangat relevan pada masa kini, berkaitan dengan kondisi persaingan yang semakin tajam dalam setiap jenis pasar, dimana Marketing Strategy dan Innovation merupakan dua fungsi dasar dalam menghadapi konsumen dan Market Trend (Drucker, Managing in the next society, 2002).
Lebih ditekankan lagi oleh Kenichi Ohmae (McKinsey & Co) dan Carly Fiorina (mantan CEO Hewlett Packard 2001), bahwa ujung tombak marketing adalah "Innovate" atau perusahaan akan menuju jurang kehancuran. Agar lebih yakin lagi, dapat dikutip pula pernyataan DR. Soichi Kajima, M. Arch, President & CEO Kajima Corporation (Developer & Construction - big 5 in Japan), bahwa; "Greatest requirement of design is creativity, means innovation". Lalu berdasarkan semua diatas, apakah persaingan harus selalu dihindari, dengan menerapkan strategi "Red-Blue Ocean" misalnya (Kim & Mauborgne, 2006), apakah dapat efektif? terutama dalam konteks Commercial Building Design dalam industri properti yang sangat kompetitif saat ini? karena Carly Fiorina sendiri (AsiaWeek, Nov. 2001) sangat meyakini tidak ada cara selain innovasi dalam mengahdapi persaingan atau dapat tereliminasi. Begitu pula bagi seorang DR. Chin Ning-Chu (Do less achieve more, Harper Collins Publishers, 2001) yang selalu menekankan prinsip Sun Tzu's art of war sebagai dasar dari kepemimpinan dalam era Hyper Competition saat ini.

PENGERTIAN MANAJEMEN DISAIN
"Design is about passion, emotion & attachment, and it the heart of every business" Tom Peters (2007)
Manajemen disain dapat menjadi penghubung antara masyarakat konsumen dengan proses produksi, yaitu dengan konsep marketing yang berkaitan dengan Owner & End-users.
Dari konteks sejarah modern arsitektur, dapat diambil analogi perbedaan konsep disain yang dianut oleh arsitek Le Corbusier (Unite d'habitation, Marseille, 1952) dan Mies van der Rohe (DR. Farnsworth's house, Illinois, 1951) yang lebih mengedapankan pandangan individunya terhadap disain dan seni, dibandingkan dengan disain yang dianut oleh seorang Eero Saarinen (Dulles airport, Washington, 1964) dengan dasar pemikiran disain yang "matching with owner and user idea".
Penerapan manajemen disain juga penting dalam menjembatani proses implementasi segala aspek didalam satu bentuk produk yang innovatif bagi kebutuhan pemakai (Iskandar, M - Konstruksi, Febr. 2002). Kualitas disain yang baik diyakini dapat mendongkrak kesuksesan dalam penjualan produk pada pasar global seperti ulas pada majalah BusinessWeek (July 2003) bahwa "good design provide the competitive edge" bagi produk lama maupun baru.
Sebagai bagian dari strategi bisnis, satu tulisan dalam majalah Proyeksi (Jan/Febr, 2006) menekankan bahwa kekuatan disain mencerminkan kemampuan strategi yang membuat produk menjadi unik.
Dalam konteks arsitektural, disain dari Superblok St. Moritz nya Lippo di Jakarta Barat mungkin dapat dijadikan contoh perencanaan yang mencitrakan good products dan well design yang unik untuk segment pasar expatriate dan kelas atas. Dalam manajemen disain pada industri properti, disain dan fungsi harus difokuskan untuk memecahkan permasalahan yang ada apda client/owner demi mencapai sukses tujuan bisnis (BusinessWeek, Nov. 20040. Dilevel perusahaan, disain juga merupakan perangkat yang memiliki pengaruh pada pemahaman dan penghargaan terhadap merek (brand) tertentu (Proyeksi, Jan/Febr, 2006). Seperti pada disain Mixed-Use Plaza Senayan atau mall Pondok Indah di Jakarta, dimana sebagai shopping arcade, pusat perbelanjaan dan hiburan ini sangat dipengaruhi pasar dari masyarakat kalangan High-end society dimana bagi kalangan tersebut hampir tidak ada limit budget untuk Social life-style mereka, serta membutuhkan atmosfir mewah dan nyaman layaknya pelayanan "Raffles Class" pada Singapore Airlines, disertai penataan serta pengelompokan produk2 yang dipajang harus memiliki citra "State of the art". sedikit berbeda dengan tipe Mixed-use pada One Pacific Place di CBD Sudirman, penekanan proses disain shopping center ini diduga lebih fokus pada pengolahan Tenancy-Mix kelompok penjualan makanan, karena selain keberadaan shopping center yang menyatu dengan hotel international dalam satu gedung, juga didominasi kuat oleh aktifitas perkantoran. Suasana privacy, individual serta nuansa business like yang merebak dari area Food Hall maupun pada kelompok Specialist restaurant yang tersebar hampir disetiap lantai dapat dikatakan cukup berhasil tercipta bagi kalangan pekerja untuk "Breakfast-Lunch-Dine" sekaligus business meeting.
Kontribusi manajemen disain dalam industry property harus bisa menciptakan keuntungan kompetitif (Competitive Advantage), artinya dapat menekan biaya, meningkatkan Sales Revenue dan Market Shares dalam segmen properti, karena setiap disain yang spektakuler akan memberikan "something different", dapat berupa Selling Point bagi pemilik, misalnya dengan ketepatan pengolahan Tenancy-Mix pada setiap lantai Shopping Arcade.
produk disain yang sukses akan mencitrakan pesan yang tercermin seperti pada sosok Apartment DaVinci, dimana penampilannya mengingatkan pada detail furniture produk DaVinci, tepat seperti yang dikatakan Hermawan (SWA, Mei/Juni, 2007) bahwa produk harus dapat keluar dari kelompok komoditas untuk dapat meraih nilai ekonomis yang lebih (Competitive Advantage).

DISAIN dalam INDUSTRI PROPERTI
"Architect is really about trying understand place, but place is not just a physical thing.
Place is nothing without people or culture"
James Grose - arsitek Sydney Olympic Park 2000
(Properti Indonesia - Januari 2004)
Masyarakat adalah tujuan utama setiap produk dibuat dan selalu dikembangkan, karena masyarakat menurut Whiteman (23) dapat diartikan sebagai individu atau kelompok maupun organisasi pemakai dari setiap produk yang sifatnya harus dapat memenuhi kebutuhan individu maupun kelompok industri.
Dalam industri properti, disain harus dilihat dari kaca mata bisnis yang berhubungan dengan user's need, serta orientasi keuntungan pengembang yang tidak lepas dari market demand. Terdapat dua prinsip dasar disain yang harus diterapkan dalam setiap produk, pertama prinsip disain dengan dasar konseptualisasi, visualisasi dan pengembangan ide baru, dan kedua prinsip dari bisnis yang berpihak pada kebijakan market analyst, assessing strategy serta pembuatan keputusan.
CATATAN
Photo2 majalah diatas diposting untuk mengingatkan & memperjelas bahwa disain arsitektur dalam industry property sangat berkaitan dengan berbagai sektor ekonomi.

No comments:

Post a Comment