Dear visitor.............

I am happy to release this blog, containing simple articles about architecture & some of my JiPeg collection.
I wish you'll enjoy it.
The first is about the beginning of Gothic, Renaissance, Baroque & Rococo period in Europe early 11 century which influenced the way of modern architecture had risen later in 20 century, whereas Industrial Revolution & art movements like Art Nouveau & The Supersensualists were strongly coped Europe.
Nowadays, the relation between architecture & global business become more stronger, photographs on the right column shows the evident.
So that, my fellow visitors, with this Blog you could see the way I learn about architectural matter.
I can assure you that, NOT ANY sentence & even one JiPeg have taken from WebSite.
And I also would like to ask your commitment NOT TO COPY anything from this blog.

Saturday, April 24, 2010

Profesi Arsitek, BUSINESS or ART?

Tom PETERS - RE IMAGINE 2003

INTERACTICE CORPORATION building - New York, 2007 - Brand develop by exploiting architectural scheme - arch. F.O. Gehry

Soichi KAJIMA, M.Arch, PhD - The owner of KAJIMA CORPORATION (developer, investment, designer & contractor), JAPAN - Photograph 1990

MARINE PARADE WATER FRONT - Singapore - NewsWeek magazine

21 MILLENIUM TOWER - Time magazine, Dec04/Jan05

MELBOURNE DOCKLANDS - Docklands Authority Profile - October 1998

KANSAI AIRPORT - OSAKA - Japan, 1994 - arch. Renzo PIANO - Steel & Glass - Asia Inc. magazine, November 1995

BONN AIRPORT terminal 2 - Cologne-Germany, 2000 - Helmut JAHN - Steel & Glass - Post Modern style - Lufthansa magazine, October 2002

MARINA BAY - Singapore - arch. OVA ARUP - PM NETWORK journal, October 2007

MILWAUKEE museum of art - Wisconsin, 2001 - arch. Santiago CALATRAVA - TIME magazine, February 5, 2001

JEAN MARIE TJIBAOU Cultural Center - South AFRICA - arch. Renzo PIANO - TIME magazine, June 29, 1998

WORLD FINANCIAL CENTRE, 95 Fl - Shanghai - arch. Kohn PEDERSON FOX - NEWSWEEK magazine, May 27, 2002

TENERIFE Concert Hall - CANARY Island - arch. Santiago CALATRAVA - NewsWeek magazine, February 23, 2004

MILLENIUM DOME - THAMES river, LONDON 1999 - arch. Richard ROGERS & Zaha HADID - KOMPAS news, July 23, 2000


New TALL Building - Daniel LIBESKIND (Freedom Tower, NY) & Santiago CALATRAVA (Turning Torso, Sweden) & Norman FOSTER (Swiss-Re, HQ, London) - TIME magazine, August 2004


OFFICE Building - Milan, Italy 2005 - arch. Zaha M HADID - TORQUED FLORISH - Time magazine, Dec 2004-Jan 2005


CCTV Building - Beijing - arch. Rem KOOLHAAS - Deconstructivism style - NewsWeek, January 2003


GOOD DESIGN SHOULD BE A GOOD PRODUCT - Business Week, July 2003


GOOD DESIGN SHOULD BE A GOOD BUSINESS - Business Week Indonesia, Nov. 2004

PENGANTAR
Pembaca yang budiman, tulisan dibawah ini merupakan gambaran pengetahuan dan pengalaman selama saya berkarya sebagai professional dibidang industry property konstruksi. Saya mencoba untuk memberikan pandangan tentang apa dan siapa sebenarnya arsitek itu dalam kiprahnya didunia profesional yang sarat bersinggungan dengan berbagai aspek dalam kehidupan. Tulisan ini adalah adaptasi dari synopsis saya untuk pendahuluan sebelum memberikan presentase disatu Academic Seminar di Trisakti, 2004 dan sebelumnya juga telah pernah dimuat dalam majalah IndoConstruction, Vol. 1 No. 4, Februari 2001. Selamat membaca

Artikel ini juga didukung oleh artikel dibawahnya dengan judul
WATER FRONT CITY; Sebagai wilayah kota urban modern

PROLOG
Arsitek bukanlah hanya seorang disainer dengan lingkup ilmu dan pengetahuan yang berkisar pada kemampuan membuat skematik disain, zoning ruang, gubahan massa, proporsi ataupun kombinasi warna dan lain sebagainya. Jikalau wawasan seorang arsitek hanya berkisar pada hal-hal tersebut, maka seorang arsitek hanya akan menjadi "tukang gambar" berbekal ilmu dengan mereka-reka. berdasarkan pandangan tersebut, seoremen pemeliharaan dan operasional dengan benar dan baikang arsitekharus mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan setiap proyek arsitektur termasuk fokusnya terhadap harapan masyarakat pemilik (stake holders) dan pemakai (end-user) terhadap dirinya sebagai profesional, dimulai sejak tahap pra-desain, proses pengembangan disain dan pada tahap implementasi disain arsitektur pada proyek arsitektur serta bagaimana cara manajemen pemeliharaan dan operasional bangunan dengan benar dan baik

KOMENTAR KECIL
Kalau otak kanan lebih dominan....arsitek akan cenderung jadi arsitek SENIMAN, tapi kalau otak kirinya yang dominan, maka dia kemungkinan besar jadi pedagang bangunan alias DEVELOPER....
Akan tetapi ada contoh langka, otak kanan & kirinya sama dominan, yang hebatnya lagi kedua sisi otak tidak saling "konflik", contohnya; Santiago Calatrava & Zaha M Hadid (mau tau siapa mereka? cari sendiri!)

PERAN ARSITEK SEBAGAI PROFESSIONAL
Menarik untuk disimak pernyataan dari Pahl & Beitz (1984) yang dapat dijadikan dasar bagi para arsitek dalam membuat satu karya, yaitu harus melewati beberapa tahapan, pertama berupa pengumpulan data2 serta kebutuhan2, membuat klarifikasi dari permintaan dan kebutuhan yang berasal dari semua pihak yang berkepentingan dengan hasil karyanya serta spesifikasi yang mengacu pada pemakaian bahan dan alat serta tenaga kerja, tahap kedua adalah konsep disain, tahap berikutnya perwujudan disain dan tahap terakhir adalah detail disain. Dengan kata lain, seorang arsitek bisa dikatakan sebagai disainer yang menerapkan pengetahuan2 lainnya kedalam proses disainnya. Sperti halnya Hales (1993) yang menekankan bahwa proses disain dapat dikategorikan sebagai "engineering design process" karena menerapkan idea dan kebutuhan pasar yang diolah menjadi data2 yang diperlukan untuk menghasilkan satu produk disain. Dengan demikian arsitektur dapat dikatakan adalah hasil dari produk disain dimana proses menuju hasil akhirnya sangat panjang dalam tahapan, dan dalam proses tersebut seorang arsitek lebih berperan sebagai pengeola proses disain yang dapat disebut "design management". Dalam hal ini dapat disimak pula pernyataan dari Robert J Logan (1997) seorang manajer dari User Interface Design, Amerika, bahwa pemakaian disain manajemen dapat menghasilkan product cost saving, percepatan dalam melempar produck kesegmen pasar dan dapat memberikan kepuasan kepada para pemakai.

Arsitek dalam proses kerjanya diharuskan mengukur kesulitan2 yang dihadapi, karena banyak fungsi2 yang harus dianalisa selama proses berlangsung, terutama untuk menghasilkan suatu produk yang dapat diterima oleh masyarakat serta laku dipasaran, fungsi pemasaran dan produksi harus menjadi bahan pertimbangan utama. Lebih jauh lagi orientasi arsitek terhadap segmen pasar diperlukan sejak pertama dan selama proses disain berlangsung. Karena efek dari disain merupakan bagian yang akan dirasakan dalam jangka waktu panjang, langsung serta nyata oleh para investor, pemilik, seluruh stake holder dan konsumen sebagai kelompok masyarakat pemakai.

Jika melihat perkembangan bisnis properti saat ini di Indo, peran arsitek diharuskan untuk dapat mempergunakan tanggung jawab, wewenang serta nara sumbernya yang cukup untuk memuaskan konsumen, pemilik modal serta kelompok masyarakat pemakai. Arsitek diharapkan akan memproduksi hasil yang dapat diterima oleh semua pihak diatas sesuai dengan zamannya. Karena dalam bisnis properti, tanpa kelompok masyarakat konsumen, apa yang dilakukan para investor tidak akan berfungsi (Cleavely, 1984).

Dari uraian diatas, dapat terlihat bahwa hasil karya arsitektur akan dipengaruhi oleh perkembangan kebutuhan dari masyarakat pemakai dalam segmen pasar properti pada setiap masanya.

WORKS CITED
1. Beng, TH (1992), A patron or a client, Property Link, No. 17, August 1992
2. Beng, TH (1992), Architects with (out) styles, Property Link, No. 15, June 1992
3. Broadbent, G (1980), Design in architecture and the human sciences, John Wiley & Sons Ltd., Toronto, 1980
4. Pahl & Beitz (1984), engineering design, Cambridge University Press Edition, John Wiley & Sons
5. Cleavely (1984), The marketing of industrial and commercial property, The estate Gazette Ltd., London
6. Hales (1993), managing engineering design, Longman Scientific & Technical, Harlow
7. Tondrow 91996), Melbourne property kickstart, Journal Building Owner & manager, Vol. 10, No. 8, May 1996
8. Logan (1997), Research, design and business strategy, Design Management Journal, Vol. 8, No. 2, Spring 1997
9. Umbach & Herbuck (1997), Design management and product development: Linking people and process, Design management Journal, Vol. 3, No. 2, Spring 1997
10. Powell (1998), Developing a framework for design management, Design Management Journal, Vol. 9, No. 3, Summer 1998
11. The Economist 91999), Cities: The end of urban man? Care to bet?, The Economist weekly magazine, Millenium Special Edition, December 1999
12. Ali (2000), The beats goes on, NewsWeek magazine, May 22, 2000

ARTIKEL PENDUKUNG
Dibawah ini adalah artikel pendukung bagi tulisan diatas. Tulisan ini sudah pernah di published pada majalah PROPERTY, Maret 2000 & Buletin TATA RUANG (BAPPENAS), edisi V, Desember 2000, selamat membaca. Tapi sudah diedit jadi lebih pendek dari aslinya

WATER FRONT CITY; Sebagai wilayah kota urban modern

Pada setiap kota, aktifitas masyarakat yg berada didalamnya tidak terlepas dari pengaruh pola penerapan manajemen tata ruang yg menciptakan berbagai fasilitas sebagai penopang setiap kegiatan mereka. Idealnya kota akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan masyarakat didalamnya. Kota juga berkembang sesuai dengan perkembangan industrinya. Perkembangan kota akan menjurus komunitas didalamnya menjadi lebih heterogen walau masih dengan tujuan sama yaitu penghasilan lebih baik. mekarnya simpul2 aktifitas industri & perdagangan secara phisik akan memekarkan wilayah perkotaan, terutama kota2 disepanjang pesisir pantai yg menjadi simpul akhir dari proses perdagangan, yaitu sebagai wilayah simpan-bongkar-muat produk yg akan dikirim melalui laut, inilah asal muasal muncul istilah Water Front City.
Wilayah Water Front yg biasa disebut sebagai Dermaga atau DOCKLANDS, seperti yg digambarkan oleh Ackroyd (1999) seorang jurnalis yg mengatakan, kejayaan kota London dulu ditunjang oleh keberadaan sungai Thames ditengah kota sebagai pintu masuk aktifitas perdagangan. Dengan dermaga ditepi sungai dalam kota, membuat London pada tahun 1930 menjadi salah satu wilayah Water Front tersibuk.

GAMBARAN WILAYAH WATER FRONT CITY
Water front saat ini terdapat dihampir sebagian besar kota2 didunia, seperti London Docklands, Dublin Docklands dan yg masih berlanjut pembangunannya saat ini Melbourne Docklands di Australia. Terdapat persamaan dari ketiga contoh wilayah tersebut yg menjadi dasar terbentuknya wilayah Water Front didalam kota urban, yaitu keseragaman level sosial-ekonomi didalam struktur masyarakat kota tersebut. Adanya kebutuhan masyarakat untuk mempunyai satu wilayah terbangun modern dengan homogenitas sosio-ekonomi masyarakat didalamnya. Yang perlu dicermai adalah, ketiga kota besar dunia tersebut memiliki letak CBD tidak jauh dari pantai. Sebagai ilustrasi Docklands water front Melbourne hanya berjarak 10 menit jalan kaki dari pusat kota (jadi VOC dulu sudah tepat membangun pusat kota Jakarta di daerah "kota" sekarang....eh malah digeser sama Soekarno ke Sudirman-Thamrin-Gatsu).
Fasilitas yg dibutuhkan wilayah Water Front saat ini sudah jauh berbeda dengan yg dibutuhkan London tahun 30 an dulu, karena sekarang fasilitas untuk peningkatan kualitas hidup dan berusaha lebih diutamakan seperti ruang2 terbuka, pedestrian lebar yg interconnected, kompleks rekreasi standard international, perkantoran dan hunian yg aman & privasi terjamin, gedung2 pameran serta pusat perbelanjaan berstandard internasional dari skala kecil sampai besar dengan ditunjang dengan ICT modern yg layak bagi wilayah urban modern.
Robinson (1998) seorang jurnalis mengatakan, pada 1996 London docklands menarik pengunjung sebanyak 1.6 juta orang yg dekat dengan CBD London.

BAGAIMANA DENGAN INDONESIA?
Tujuan utama pembangunan wilayah Water Front adalah peningkatan pemasukan devisa dan standard of living masyarakat penghuninya. Masyarakat harus diedukasi mengenai tata krama kehidupan yg bersifat global yg dapat berinteraksi dengan berbagai ras, suku bangsa & menghargai keyakinan yg dianut oleh setiap individu nya (termasuk yg tidak punya keyakinan religius apapun). wilayah Water Front juga diharapkan memacu pertumbuhan small business enterprise penduduk lokal secara resmi, bukan pengusaha-pedagang liar, kaki-lima, warung pinggir jalan. Wilayah Water front di Indo juga harus dapat menjadi pilot project untuk pengembangan wilayah2 lainnya dengan menerapkan law-enforcement yg tegas.
Bagi kota2 besar pesisir pantai di Indonesia, wacana perencanaan Water Front city juga sejalan dengan UU Indo No. 4 tahun 1992 tentang ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup yg menggaris bawahi ekosistem buatan akan membuat satu tatanan kesatuan secara uutuh menyeluruh antar segenap unsur lingkungan hidup yg saling mempengaruhi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Water Front city bkan berarti sekedar pembangunan kompleks rumah mewah berlokasi dipinggir pantai seperti diwilayah Jakarta utara, dan bukan pula hanya berupa kumpulan fasilitas rekreasi seperti Ancol. Hal ini sesuai dengan apa yg dikatakan oleh Fred Manson, seorang arsitek pada proyek revitalisasi London Docklands, bahwa yg dibutuhkan oleh masyarakat bukan area semacam Disneyland, tapi satu bagian wilayah kota dimana masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan nyaman (McGuigan, 1999). Jadi Water Front city bukanlah sekedar kompleks hunian & rekreasi, tapi lebih jauh lagi, merupakan satu pencerminan dari tingkat kualitas hidup serta pendidikan yg baik dari masyarakat kota urban, dimana strata sosio ekonomi masyarakatnya dapat tercermin dalam level standard kehidupan yg baik ditunjang oleh berbagai fasilitas untuk kehidupan modern. Seperti yg dinyatakan oleh Robert John, eksekutif director Canary Wharf station di London docklands, bahwa untuk perencanaan sebesar docklands dibutuhkan program yg menyeluruh, peran serta seluruh pihak dan pengetahuan yg luas tentang kebutuhan masyarakat itu sendiri (Robinson, 1998).
Sejalan dengan gambaran tentang daerah Water Front diatas, Hidayat (1993) pengamat masalah perkotaan pernah mencetuskan satu ide untuk mengubah kota Jakarta jadi Service City dengan mengacu pada lima penekanan pengembangan yaitu; pusat pelayanan; pusat keuangan; pusat pariwisata; pusat perdagangan dan pusat pembangunan masyarakat. Konsep ini sebenarnya tidak berbeda dengan konsep pembangunan wilayah Water Front.
Jadi, bagaimana merencanakan Water Front city di Indo saat ini, yg masyarakatnya masih banyak bertikai, banyak kelompok yg masih main hakim sendiri, menekan individu atau kelompok lain untuk mengikuti pandangan hidup satu kelompok lainnya? melakukan penjarahan berkelompok dan pembenaran setiap tindakan yg melanggar hukum....oh noooooooooooo.

WORKS CITED
1. Ackroyd, P (1999), In Praise of London's old father, NewsWeek magazine, Nov. 22, 1999
2. Robinson, S (1998), Docklands succsess story, Property Australia, vol. 12, No. 4, Dec 1997/jan 1998
3. Melbourne Docklands 91997), Docklands authority annual report 1997
4. Dublin Docklands 91998), Dublin docklands development authority annual report 1998
5. McGuigan, C (1999), Society of the arts: renaissance on the river, NewsWeek magazine, Nov. 22, 1999
6. Hidayat (1993), Pokok-pokok pikiran Jakarta sebagai Service City dan rumusan pola dasar

No comments:

Post a Comment